Hamparan Hijau Di Ujung Timur

Setelah beberapa minggu dicemaskan dengan kabar perkiraan bahwa musim penghujan akan menunda kedatangannya, akhirnya para petani di desaku bisa bernafas lega. Kabar tentang mundurnya kedatangan musim yang mendatangkan banyak air itu telah terbukti tidak benar, karena beberapa hari dalam minggu ini langit bagai tak lelah mengucurkan air bahkan dalam intensitas yang lumayan banyak.

Bagi para orang kota, mungkin hujan adalah sesuatu yang harus dikhawatirkan, banjir, jalan macet dan potensi terganggunya segala macam kegiatan. Tetapi itu tidak berlaku di kampungku, karena hujan adalah pesan, untuk saatnya memulai membuat segala penunjang kehidupan. saatnya untuk para petani mulai menggarap sawah mereka masing-masing.

Memang beberapa bulan ini panasnya kemarau benar-benar terasa, bukan hanya untuk manusia, bahkan tanah-tanah yang terlihat sangat tabahpun tak kuasa menyembunyikan ratapannya dengan retak-retak yang tersusun secara abstrak. Tanah yang menderita seperti itu tak mungkin bisa ditanami, jangankan memberi kehidupan bahkan untuk hidup saja tanah tersebut sudah harus berjuang ekstra.

Para petani di desaku termasuk petani yang setengah modern, mereka menanam dengan teknologi yang lumayan tidak ketinggalan jaman. tanamannya pun beragam, tidak terbatas dari tanaman yang berhubunga dengan pangan saja, tanaman apa yang menghasilkan (uang) paling banyak dan efektif itulah yang dipilih. Tidak terbatas pada padi dan jagung, tanaman beresiko seperti buah dan sayur yang membutuhkan penanganan extrapun menjadi tanaman utama.

Terkadang mereka bisa mengalahkan musim, saat tidak ada hujan, mereka telah siap dengan peralatan pompa dan sumur bor untuk mengairi sawah mereka, belum lagi deretan pupuk berharga mahal yang rela diinvestasikan, hasilnya tanaman mereka tidak pernah kekurangan air dan selalu bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.

Tetapi itu tidak berlaku dibulan-bulan kemarin, dengan cuaca yang begitu panas jika tanah disiram dengan airpun malah menimbulkan masalah, ibarat dimasak dengan air mendidih, karena panasnya cahaya matahari seolah bisa membuat air menjadi matang. Seperti adegan film kartun, seember air disiramkan kesebuah kolam dan langsung menguap.

Untunglah semuanya segera berlalu, tanaman-tanaman yang semula enggan untuk bersemi kini mulai menghijau. Tanah-tanah yang semula hanya lukisan abstrak yang berupa retakan-retakan telah berubah menjadi hamparan yang hijau. Itulah sedikit cerita dari tanah subur diujung timur pulau ini.

     

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment