Palung


Hari minggu ini begitu cerahnya, seperti hari-hari minggu sebelumnya kawanan bocah di ujung timur pulau jawa itu beriringan mengayuh sepedanya. Tujuan mereka adalah pantai di selatan desa mereka.

"Hari ini siapa yang ikut, Ko?" Kata Dar selaku pemimpin kelompok
"Semuanya" Jawab Koko

Ketujuh anak itu memang sudah lengkap, Dar sebagai pemimpin diikuti, Koko, Kenul, Isar, Sapan, Muji dan Heru. Dan merekapun segera mengayuh sepedanya masing-masing seolah seperti berlomba mencapai garis finish.


"Kita mampir kepasar dulu beli kue lah buat camilan" Usul Heru.
"Memang kau ada duit?" Tanya Dar sambil menyungutkan kepalanya.
"Ada, tapi kalo cuma pake duitku pasti kurang, kita patungan lah" Kata Heru.
"Gimana yang lain" Kata Dar.
"Okelah..." Kata kelima anak yang lain bersautan.

Merekapun mampir kepasar membeli beberapa camilan tradisional dari hasil patungan uang jajan mereka. Ar melakukan tugas pembelian sementara yang lain menunggu di perempatan jalan. Tak sampai lima menit Ar kembali dengan sekeresek jajanan dan sekawanan anak-anak itupun melanjutkan perjalan.

Perjalanan keselatan dari pasar menuju arah pantai tidaklah membutuhkan waktu yang lama, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. melewati hamparan sawah yang hijau dilanjutkan dengan sebuah perkampungan kecil dan diakhiri dengan memasuki hutan jati.

Mereka berlomba melewati jalan setapak berliuk, diantara pohon-pohon jati yang mulai menjatuhkan daunnya. Jalan yang bergelombang membuat sepeda mereka bagai motor trail seorang pembalap dengan raungan bukan dari knalpot tetapi dari teriakan-teriakan nyaring kawanan bocah itu.

"Aku juaranya...!"

Seru Kenul karena berhasil menuruni gundukan dan sampai lebih dulu di sebuah tanah lapang yang dikelilingi rumah-rumah kayu sederhana dari para nelayan yang tinggal di situ.

"Kita titipkan dulu ke Mbok Yun sepada kita" Kata Dar menginstruksikan kepada teman-temannya.

Mereka menemui seorang wanita paruh baya yang dengan ramah menyambut bocah-bocah kecil itu dengan senyuman dan penuh canda, candaannya membuat kawanan bocah itu tergelak-gelak. bahkan tidak sampai disitu keramahan Mbok Yun, Wanita itu sebotol teh hangat kepada anak-anak itu.

"Ini buat bekal ke pantai, biar nggak kesereten" Katanya.
"Makasih Mbok..." Jawab anak-anak itu nyaris serentak.

Merekapun segera beriringan menuju dermaga yang tak berbentuk dermaga, hanya jajaran perahu kecil yang tersusun setengah rapi di tepi laguna. Dan disambut dengan senyuman penuh canda seorang pria berkulit gelap dengan otot yang sepertinya selalu bertenaga, Lek Jan.

"Mau kepantai lagi nih?" Tanya Lek Jan basa-basi.
"Iya Lek, numpang lagi ya?" Kata Dar.
"Ya, yang penting mau bantu dorong sampan dan dayung"

Dan kerja sama pun segera di mulai, mereka mendorong perahu ke tengah dilanjutkan dengan berlompatan keatas perahu.

"Ayo, dayung-dayung..."
"Wah ada rembersan nih lek, bocor perahunya..." Kata Sapan.
"Yah, memang begitu, wong belum sempat ditambal, sudah kamu bagian kuras saja..."

Sapan hanya mengangguk mengambil gayung diiringi candaan tawa teman-temannya. Mereka menyebrangi laguna yang dikelilingi oleh pohon bakau yang berjajar hijau. Tampak sesekali burung terbang dari dahan-dahannya. Dari kejauhan terdengar lamat-lamat suara harimau sedang mengaum membuat mereka sedikit merinding, tetapi itu memang sudah biasa.

"Nanti pulangnya jangan sore-sore, Lek nyari kerangnya nggak lama" pesan Lek Jan sambil menambatkan perahunya disisi lain laguna.
"Iya, lek..."

Mereka segera memasuki hutan lindung yang beragam tanamannya, beberapa ekor kera tampak menyambut mereka dengan bertingkah seolah-olah mereka sedang kedatangan tamu. Kawanan anak itu tertawa dibuatnya. perjalanan menembus hutan itu tak memakan waktu lama sampai terdengar deburan ombak pantai selatan.

"Horee, kita sampai..."

Rupanya mereka tidak sendiri, ada kawanan lain yang sejalur dengan mereka, anak-anak lain yang bertubuh lebih tinggi dari mereka. Dan melihat kedatangan kawanan Dar sepertinya anak-anak yang lebih besar itu mempunyai niat buruk.

"Weh, bawa kue ini, mana-mana bagi..." Kata seorang anak berbadan besar yang sepertinya pimpinan kawanan lain itu.
"Wah, ini hanya cukup untuk kita bertuju Mas" Kata Dar.

Mendengar jawaban Dar, anak itu melotot dan menyambar bungkusan ditangan Ar, adu tarik tak terhindarkan, tetapi Ar tak bisa melawannya. Ketegangan terjadi, tetapi menyadari bahwa kekuatan mereka tak imbang Dar mengisyaratkan untuk menghidar saja.

"Suatu saat kuhajar mereka" Kata heru kesal.
"Sudahlah kita lakukan hal lain saja" Kata Koko.

Mereka melampiasan kemarahan mereka dengan berlomba menceburkan diri keair walaupun ombak terlihat sangat ganas, tetapi mereka sering melakukannya, hanya Ar dan Sapan tetap dibibir pantai.

"Hai, jangan terlalu ketengah ya..." Teriak seorang nelayan pencari kerang.
"Iya Pak..."

Keasikan menghayutkan mereka, sehingga lupa pesan dari sang nelayan, tiba-tiba seperti ada hal yang mengejutkan.

"Kok, mereka semakin ke timur ya?" Bisik sapan kepada Ar, Ar mengangguk, dan tak berapa lama.

"Hai... Hai... kita terseret arus..." Teriak Kenul.
"Iya ini... Arusnya deras banget..."

Dan hal mencekampun terjadi mereka berusaha untuk tidak tergulung ombak, Sapan dan Ar yang melihat teman-temannya terlihat timbul tenggelam panik dan bingung. Ar segera berlari dan berteriak kepada nelayan yang mencari kerang.

"Pak, Pak tolong teman-teman saya terseret arus...!"

Nelayan itu terhenyat dan melihat kearah laut, dia melihat ada sekitar sepuluh anak berjuang meloloskan diri dari tangkapan ombak.

"Tolong Tolong..."

Sang nelayan menebarkan jaring panjangnya yang sebelumnya diikatkan kesebuah pohon, lalu masuk ke air dan berenang mengelilingi sekawanan anak-anak yang tampaknya sudah sangat tak berdaya itu, perjuangan yang sangat mengerikan sehingga membuat Sapan dan Ar hampir menangis.

Satu persatu anak-anak itu keluar dari air dengan berpegangan dengan tali jaring sang nelayan, kaki mereka gemetar, sebagian ada yang muntah-muntah, ada yang langsung tergeletak dipasir dan mau pinsan, sementara sang nelayan berenang kepinggir sambil membawa seorang anak terakhir yang nampaknya terseret jauh.

"Semuanya selamat?" Tanya Sang Nelayan, anak-anak itu hanya saling berpandangan.
"Kalian harusnya tahu disana ada palung, kenapa kalian tetap berenang terlalu jauh?" Perintah Sang nelayan itu "Coba dihitung teman-teman kalian!" Lanjutnya.

Dar, melihat kearah teman-temannya dan memastikan semua temannya selamat dari kejadian itu. Dia lega setelah memastikan kawanannya berjumlah lengkap. tetapi tiba-tiba ada teriakan panik.

"Darto mana, Darto mana?"

Rupanya teriakan itu datang dari kawanan anak-anak yang lebih besar tadi, dan mereka rupa-rupanya juga ikut berenang dipantai, mereka kehilangan pimpinannya, anak yang merebut kue dari tangan Ar, tadi. kawanan Dar melongo tidak tahu harus berbuat apa, melihat kawanan yang tadi berbuat jahat kepada mereka mulai menangis. sang nelayan mencoba menyisir pandangannya kearah laut tapi tak menemukan apa-apa.

"Ada yang hilang satu berarti..." Kata nelayan itu gusar.

Nelayan penyelamat itu jatuh terduduk dipantai, diapun lemas, dan sekarang lebih lemas lagi setelah tahu bahwa dia tidak sanggup menyelamatkan kesemua anak itu.

"Kalian cepat ke kampung bilang sama orang-orang disana, lalu segera pulang" Pesan Nelayan itu kepada anak-anak itu.

Dar dan kawan-kawannya yang masih shock berat segera bergegas mengikuti perintah sang nelayan. Mereka tidak percaya perjalanan mereka kali ini berakhir dengan tragedi. Berita itu akan segera menyebar tentang hilangnya seorang anak dipantai, dan Dar dan kawan-kawannya juga harus bertanggung jawabatas tindakan mereka telah melanggar aturan untuk tidak berenang dipantai. Tapi yang jelas mereka semua mendapat pelajaran, untuk sedikit menjalankan sebuah nasehat.

    

Share this:

CONVERSATION

2 komentar: